Fenomena “Brain Rot” dan Dampaknya bagi Pelajar SMP

Oleh:
Imron Rosidi, S.Pd., M.Si.
Kepala SMP Negeri 1 Dukuhseti

Abstrak

Perkembangan teknologi digital membawa banyak manfaat, namun juga menimbulkan fenomena baru yang dikenal dengan istilah brain rot. Istilah ini menggambarkan penurunan kemampuan berpikir dan fokus akibat paparan konten digital yang instan dan dangkal. Artikel ini membahas fenomena brain rot yang mulai muncul di kalangan pelajar SMP, beserta dampaknya terhadap aspek kognitif, sosial, dan karakter siswa. Melalui pemahaman yang baik, sekolah, guru, dan orang tua diharapkan mampu mengambil langkah nyata dalam membangun generasi pelajar yang cerdas digital dan berkarakter kuat.

Kata Kunci: Brain rot, pelajar SMP, literasi digital, karakter

Pendahuluan

Di era digital seperti sekarang, pelajar SMP sangat akrab dengan media sosial seperti TikTok, Instagram, dan YouTube. Akses informasi yang cepat dan mudah seharusnya menjadi peluang untuk belajar, tetapi kenyataannya banyak siswa lebih sering mengonsumsi konten hiburan singkat tanpa nilai edukatif. Kebiasaan ini menimbulkan fenomena yang dikenal sebagai brain rot — istilah populer yang berarti ‘pembusukan otak digital’. Fenomena ini menyebabkan penurunan kemampuan fokus, daya pikir kritis, dan minat belajar. Siswa menjadi cepat bosan, sulit berkonsentrasi, serta cenderung mencari hal-hal instan. Kondisi ini tentu menjadi tantangan besar bagi dunia pendidikan, terutama di jenjang SMP yang merupakan masa pembentukan karakter dan dasar kecerdasan berpikir.

Apa Itu Brain Rot?

Brain rot bukanlah istilah medis, melainkan istilah sosial untuk menggambarkan penurunan kemampuan otak akibat terlalu sering terpapar konten digital yang bersifat cepat, singkat, dan dangkal. Otak manusia terbiasa bekerja secara intensif untuk memahami bacaan, berpikir kritis, dan menganalisis. Namun ketika terlalu sering menerima informasi yang mudah dan instan, otak menjadi ‘malas’ berpikir mendalam.

Ciri-ciri brain rot pada pelajar antara lain:
– Sulit berkonsentrasi lebih dari beberapa menit;
– Malas membaca atau menulis panjang;
– Cenderung mencari hiburan digital setiap waktu luang;
– Tidak sabar saat menghadapi pelajaran yang memerlukan proses berpikir;
– Mudah terdistraksi dan kehilangan motivasi belajar.

Dampak Brain Rot terhadap Pelajar SMP

Fenomena ini membawa berbagai dampak negatif, antara lain:

1. Dampak Kognitif: Menurunnya kemampuan berpikir kritis, analitis, dan daya ingat.
2. Dampak Emosional: Siswa lebih cepat bosan, mudah stres, dan kehilangan semangat belajar karena terbiasa dengan kepuasan instan.
3. Dampak Sosial: Interaksi langsung dengan teman berkurang, siswa cenderung lebih nyaman berkomunikasi secara daring.
4. Dampak Akademik: Prestasi belajar menurun karena kurang fokus dan sulit memahami materi yang memerlukan proses berpikir bertahap.

Peran Sekolah dan Orang Tua dalam Mengatasi Brain Rot

Fenomena brain rot tidak dapat diabaikan, tetapi juga bukan sesuatu yang tidak bisa diatasi. Diperlukan kolaborasi antara sekolah, guru, dan orang tua untuk membentuk pola belajar dan kebiasaan digital yang sehat. Langkah-langkah yang dapat dilakukan antara lain:

– Menumbuhkan Literasi Digital Kritis: Mengajarkan siswa cara memilah informasi dan memahami bahaya kecanduan digital.
– Membangun Budaya Literasi Sekolah: Melalui program membaca, klub literasi, dan kegiatan menulis kreatif.
– Pembatasan Waktu Layar: Guru dan orang tua dapat bekerja sama menetapkan durasi penggunaan gawai.
– Pembelajaran Aktif dan Menarik: Guru perlu menghadirkan pembelajaran berbasis proyek dan eksperimen.
– Keteladanan dan Pendampingan: Guru serta orang tua perlu menjadi contoh penggunaan teknologi secara bijak.

Penutup

Fenomena brain rot menjadi tantangan nyata bagi dunia pendidikan masa kini. Pelajar SMP berada pada usia emas perkembangan otak dan karakter, sehingga perlu diarahkan agar tidak terjebak dalam arus digital yang menumpulkan daya pikir. Sekolah harus hadir sebagai pusat pembelajaran yang tidak hanya berfokus pada pengetahuan, tetapi juga pada pembentukan kebiasaan berpikir kritis dan berakhlak. Dengan literasi digital yang kuat, pengawasan yang bijak, dan pembelajaran yang bermakna, siswa SMP Negeri 1 Dukuhseti dapat tumbuh menjadi generasi yang cerdas digital, berkarakter, dan berdaya saing di era modern.

Daftar Pustaka

  • (2023). Profil Pelajar Pancasila dan Tantangan Literasi Digital di Era Global. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Pembelajaran.
  • Livingstone, S. & Blum-Ross, A. (2020). Parenting for a Digital Future. Oxford University Press.
  • Prensky, M. (2010). Teaching Digital Natives: Partnering for Real Learning. Corwin Press.
  • Sari, D. (2024). Dampak Media Sosial terhadap Motivasi Belajar Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Remaja Digital, 2(1), 45–53.